Hydrogen Fuel Power
Bumi
tempat kita menetap semakin hari semakin tua, dan juga semakin hari semakin
tercemar, terkontaminasi, dan energi nya semakin menipis. Dikutip dari
http://bisniskeuangan.kompas.com bahwa, Cadangan minyak nasiolnal saat ini
tinggal 3,7 miliar barel dan diperkirakan akan bertahan sekitar 10 tahun
kedepan. Walaupun sebenarnya Indonesia masih memiliki cadangan minyak sebesar
43,7 miliar barel, tetapi dibutuhkan eksplorasi dan teknologi tinggi serta
biaya yag sangat besar untuk mendapatkannya.
Wahh
kalau begini keadaannya, berarti kita harus mulai mencari energy alternatif
pengganti minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan energi kita sehari hari.
Hmmmm.
Apakah para Scientist (sebutan untuk para pembaca blog ini) sudah tahu kalau air (H2O) dapat
dijadikan sebagai energi alternatif ?
Sebenarnya…
banyak yang dapat dijadikan alternatif pengganti minyak sebagai main energy,
tai pada kesempatan ini saya akan lebih focus membahas penggunaan air yang pada
dasarnya sangat akrab dengan kehidupan kita sehari hari yang dapat digunakan
sebagai energy alternatif etelah diubah menjadi gas hydrogen, mengingat tulisan
saya tentang ini pernah mendapat penghargaan dari pihak kampus dalam salah satu
kompetisi (Alhamdulillah curcol).
Baiklah
mari kita mulai…
Indonesia
merupakan salah satu negara dengan
wilayah terbesar, dan dengan jumlah penduduk yang besar pula. Jumlah penduduk
yang besar akan berbanding lurus dengan kebutuhan energi negara tersebut. Saat
ini Indonesia memiliki kebutuhan energi yang sangat besar, namun disisi lain
produksi dan cadangan energi Indonesia semakin hari semakin menipis.
BBM
(Bahan Bakar Minyak) masih menjadi andalan nomor satu Indonesia sebagai sumber
energi sampai saat ini. Peningkatan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap BBM
berbanding terbalik dengan jumlah produksi BBM dari tahun ke tahun. Hal ini
sesuai dengan sebagaimana yang disampaikan oleh Dharmasaputra, Metha (2013)
bahwa Indonesia keluar dari anggota OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak)
pada tahun 2009. Keluarnya Indonesia dari OPEC, menunjukkan bahwa Indonesia
sudah beralih dari negara pengekspor minyak menjadi negara pengimpor minyak,
dengan kata lain produksi minyak Indonesia semakin menurun.
Dengan
menurunnya produktifitas bahan bakar Indonesia, perlu dilakukan antisipasi
krisis energi yang akan terjadi, yaitu dengan mencari sumber energi alternatif.
Energi alternatif merupakan energi yang diproduksi untuk menggantikan peran
energi utama yang terbuat dari bahan-bahan yang mudah untuk diperoleh. Hidrogen adalah salah satu sumber energi
yang dapat digunakan guna mengatasi2 krisis energi. Kelebihan Hidrogen adalah
jumlah yang sangat berlimpah di muka bumi dan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian dan sosialisasi lebih lanjut terhadap penggunaan hydrogen sebagai
energi alternative pengganti BBM, sehingga dapat membantu pemerintah dalah
menghadapi masalah krisis energi yang sedang terjadi di Indonesia.
Salah satu bentuk energi terbarukan
yang dewasa ini menjadi perhatian besar pada banyak negara, terutama di negara
maju adalah hidrogen. Hidrogen diproyeksikan oleh banyak negara akan menjadi
bahan bakar masa depan yang lebih ramah lingkungan dan lebih efisien. Dimana
suplai energi yang dihasilkan sangat bersih karena hanya menghasilkan uap air
sebagai emisi selama berlangsungnya proses (Muliawati,Neni, 2008).
Hidrogen adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan
standar,
hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar (Wikipedia.org. 2015)
Hidrogen merupakan sumber energi
sekunder, dimana Hidrogen harus diproduksi terlebih dahulu lalu digunakan sebagai sumber pembangkit
energi. Terdapat banyak metode atau proses untuk memproduksi hidrogen, salah
satunya adalah dengan menggunakan proses termokimia.
Daya hidrogen terutama dalan bentuk
sel bahan bakar hidrogen (hydrogen fuel cells) menjanjikan penggunaan
bahan bakar yang tidak terbatas dan tanpa polusi, sehingga menyebabkan
ketertarikan banyak perusahaan energi terkemuka di dunia, industry otomotif
maupun pemerintahan. Teknologi sel bahan bakar ini dengan begitu banyak
keuntungan yang dijanjikan menimbulkan gagasan "hydrogen economy"
dimana hidrogen dijadikan sebagai bentuk energi utama yang dikembangkan
(Muliawati,Neni, 2008).
Uraian Pembuatan
1. Proses
Produksi Gas Hidrogen
Cara untuk
memproduksi hidrogen dari air dapat dilakukan dengan menguraikan air langsung
menggunakan panas pada suhu sekitar 4.000 K (3.727°C).
Suhu penguraian air dengan panas dapat diminimalkan dengan proses termokimia,
yaitu proses penguraian air dengan panas menggunakan bantuan zat kimia. Bahan
baku yang diperlukan secara kontinyu hanyalah air, karena bahan kimia yang
digunakan dalam reaksi didaur ulang ke dalam proses. Kombinasi dari beberapa
reaksi kimia eksoterm dan endoterm membentuk suatu proses termokimia tertentu
yang dapat menurunkan temperatur proses penguraian air menjadi hidrogen dan
oksigen. Pemecahan air secara langsung membutuhkan temperatur proses 5000oC,
sedangkan dengan proses termokimia pemecahan air dapat berlangsung pada
temperatur maksimum 850oC. Dalam proses ini, bahan baku yang
diperlukan secara kontinyu hanyalah air, karena bahan kimia yang digunakan
dalam reaksi didaur ulang ke dalam proses. Analisis yang digunakan adalah
dengan siklus iodium-sulfur (Siswanti,Henggar
Wahyu, 2013) .
Dari banyak jenis proses termokimia untuk memproduksi
hidrogen, proses iodine-sulfur (proses IS) merupakan proses yang menjanjikan
(Kasahara dkk., 2006). Proses ini terdiri atas 3 (tiga) reaksi, yaitu:
1.
Reaksi
Bunsen: I2 + SO2 + H2O → 2
HI + H2SO4, reaksi ini berlangsung pada suhu 130°C
2. Reaksi
dekomposisi H2SO4 menjadi H2O, SO2,
dan O2: H2SO4 → H2O
+ SO2 + ½ O2
3. Reaksi
dekomposisi HI menjadi H2 dan I2: 2 HI → H2
+ I2
SO2
yang diperoleh dari reaksi 2 dan I2 yang diperoleh dari reaksi 3 didaur ulang
ke reaksi Bunsen. Jadi dalam siklus ini, air diuraikan menjadi H2
dan O2.Proses produksi hidrogen dengan metode siklus iodium-sulfur
dapat menjanjikan peningkatan efisiensi termal hingga sekitar 75%. Lebih
menguntungkan lagi, apabila proses produksi hidrogen ini digunakan energi
termal dari reaktor nuklir, karena proses termokimia tersebut dapat
meningkatkan efisiensi termal reaktor nuklir sampai sekitar 85%. Selain itu
metode produksi hidrogen secara termokimia adalah bersih dan ramah lingkungan.
Sedangkan jika dibandingkan dengan proses produksi dengan metode elektrolisis
hanya memiliki efisiensi sebesar 25%-35%. Efisien yang rendah ini disebabkan
oleh penggunaan energi listrik yang besar. Selain itu, pada proses elektrolisis
biaya produksi yang diperlukan cukup mahal, akibat penggunaan energi listrik
yang diperlukan dalam jumlah yang besar, dan diperlukan tegangan yang besar
untuk dapat memperoleh hidrogen dalam jumlah yang banyak (Siswanti,Henggar Wahyu, 2013) .
2. Pemanfaatan
Gas Hidrogen Sebagai Bahan Bakar
Menggunakan Fuel Cell
Agar dapat menghasilkan
energi, gas hidrogen yang dihasilkan melalui proses termokimia perlu
diaplikasikan ke dalam suatu alat konversi energi bernama Fuel cell.
Kinerja Hydrogen
Fuel cell serupa seperti aki (accu), hanya saja reaksi kimia penghasil
tenaga listrik ini menggunakan hidrogen dan oksigen yang bereaksi dan mengalir
seperti aliran bahan bakar melalui sebuah motor bakar. Namun tidak ada
pembakaran dalam proses pembangkit listrik ini. Dengan demikian limbah dari
proses ini hanyalah air murni yang aman untuk dibuang (Muliawati,Neni, 2008).
a.
Hidrogen
(yang ditampung dalam sebuah tabung khusus) dialirkan melewati anoda, dan oksigen/udara
dialirkan pada katoda
b.
Pada
anoda dengan bantuan katalis platina Pt hidrogen dipecah menjadi bermuatan
positif (ion/proton), dan negatif (elektron)
c.
Membran
di tengah-tengah anoda-katoda kemudian hanya berfungsi mengalirkan proton
menyebrang ke katoda
d.
Proton
yang tiba di katoda bereaksi dengan udara dan menghasilkan air
e.
Tumpukan
elektron di anoda akan menjadi energi listrik searah yang dapat menyalakan
lampu.(Muliawati,Neni, 2008).
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh saudari Henggar Wahyu Siswanti, diperoleh hasil bahwa Dengan
menggunakan metode termokimia khususnya jenis proses iodine-sulfur maka akan
menghasilkan efisiensi termal sebesar 75%-85%. Jumlah efisiensi termal yang
besar akan berbanding lurus dengan jumlah hidrogen yang dihasilkan. Hal ini
akan mempermudah penerapan gas hidrogen dalam fuel cell untuk mengkonversi hidrogen menjadi energi.
Keunggulan
penggunaan Hydro fuel cell antara
lain tidak bising karena tidak terdapat komponen bergerak, tidak polutan
(tidak beracun dan tidak berbau) karena sekresi (gas buangan) yang dihasilkan
hanyalah air (H2O). Di banyak negara maju, teknologi Fuel cell sudah bukan barang baru lagi. Beberapa negara maju
seperti Amerika Serikat dan Jerman telah menggunakan hidrogen sebagai baha
bakar kendaraan atas dasar isu lingkungan dan konservasi energi (Isnandar,
Dendi, 2009).
Dengan
adanya tindak lanjut dari pemerintah terhadap hasil penelitian tersebut serta
pengaplikasiannya pada alat fuel cell,
maka akan membantu pemeritah dan masyarakat dalam menanggulangi permasalahan
krisis energi yang sedang melanda negara ini serta tidak bergantung pada negara
pengeksport minyak.
Pemanfaatan
Hidrogen sebagai energi alternatif perlu diaplikasikan di tengah-tengah
masyarakat agar dapat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia serta mengatasi
krisis energi yang sedang terjadi.
Bagaimanapun
juga masih perlu dilakukan penelitian ulang, pengujian, dan pengembangan metode
maupun produk oleh para ahli di bidang energi hingga mencapai hasil yang
sempurna untuk diterapkan. Oleh karena itu, penulis berharap dengan karya tulis
ini dapat mensosialisasikan hasil penelitian Sudari Henggar Wahyu Siswanti
tentang produksi hidrogen sebagai energi alternatif serta dapat ditindak
lanjuti dengan pengaplikasikan langsung hidrogen yang telah dihasilkan pada Fuel cell sehingga dapat menghasilkan
energi.
Referensi
Alpensteel.com. 2015. Hidrogen Sebagai Sumber Energi Masa Depan http://www.alpensteel.com/article/51-113-energi-lain-lain/3573--hidrogen- sebagai-sumber-energi-masa-depa. (Diakses
6 April 2015, Makassar)
Dharmasaputra,
Metha. 2013. Wajah Baru Industri Migas
Indonesia. Kata Data: Jakarta.
Isnandar,Dendi. 2009.Fuel Cell Hydrogen Sebagai Energi Alternatif pada BTS https://dendiisnandar.wordpress.com/2009/09/page/2/.
(Diakses 6 April 2015, Makassar)
Muliawati,Neni.
2008. Hidrogen Sebagai Sel Bahan Bakar :
Sumber Energi Masa Depan. Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung
; Lampung
Siswanti, Henggar Wahyu. 2013. Produksi Gas Hidrogen
Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dengan Sistem Elektrolsis Dan Termokimia: Review.
4inorganic.
blogspot. com/2013/12/review-jurnal-produksi-gas- hidrogen.htm|?m=1. (Diakses 6 April 2015, Makassar)
Wikipedia.org. 2015.
Hidrogen. http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrogen.
(Diakses 6 April 2015,
Makassar)
Komentar
Posting Komentar